Benarkah Paul Scholes Mengkritik Perlakuan Ruben Amorim terhadap Kobbie Mainoo?
Paul Scholes menyuarakan rasa frustrasinya atas cara Ruben Amorim menangani talenta muda Kobbie Mainoo di Manchester United. Pernyataannya tersebut telah memicu perdebatan baru di kalangan penggemar tentang manajemen pemain Amorim.
Di bawah kepemimpinan Ruben Amorim, Kobbie Mainoo menghabiskan sebagian besar musim ini di bangku cadangan, sebuah perubahan yang mengejutkan bagi salah satu prospek akademi United yang paling cemerlang. Scholes, yang dikenal menghargai talenta lokal, yakin pilihan Amorim dapat merugikan perkembangan sang pemain dan tradisi klub dalam membina pemain muda.

Mengapa Paul Scholes angkat bicara tentang situasi Kobbie Mainoo?
Ia merasa kecewa karena Mainoo dikesampingkan meskipun kemampuannya telah terbukti. Scholes selalu membela pemain akademi yang menunjukkan bakat dan semangat yang tepat.
Legenda Manchester United tersebut mengungkapkan penyesalannya atas keputusan Amorim untuk mengabaikan Mainoo, mengingatkan semua orang betapa sang gelandang telah tampil mengesankan dalam dua musim terakhir. Scholes mencatat bahwa Amorim tampaknya lebih menyukai pemain lain di lini tengah, membuat penggemar dan mantan pemain mempertanyakan keseimbangan antara pengalaman dan pemain muda.
Bagaimana karier Kobbie Mainoo berubah di bawah asuhan Ruben Amorim?
Mainoo berubah dari bintang yang sedang naik daun menjadi pemain cadangan yang tidak terpakai. Sistem taktis Amorim telah membatasi penampilannya di lapangan musim ini.
Sebelum kedatangan Amorim, Mainoo dipuji sebagai salah satu gelandang United yang paling menjanjikan, menunjukkan kedewasaan yang melampaui usianya. Namun, sistem pelatih asal Portugal itu menekankan lini tengah yang lebih fisik yang dibangun di sekitar Casemiro dan Bruno Fernandes, sehingga hanya menyisakan sedikit ruang bagi pemain muda Inggris tersebut. Banyak pendukung melihat hal ini sebagai kemunduran bagi filosofi klub yang telah lama dipegang.

Apa kritik utama Scholes terhadap Amorim?
Ia mengkritik Amorim karena kurang mempercayai talenta muda. Scholes percaya bahwa para pelatih harus menyeimbangkan pengalaman dengan pengembangan.
Menurut Scholes, kurangnya kepercayaan Amorim terhadap Mainoo mencerminkan masalah yang lebih luas di Manchester United: memudarnya tradisi mengintegrasikan pemain akademi ke dalam skuad senior. Bagi Scholes, melihat Mainoo dicadangkan merupakan kesempatan yang hilang untuk mempertahankan identitas United sebagai klub yang percaya pada sistem pemain mudanya. Komentarnya beresonansi dengan para penggemar yang memiliki kekhawatiran yang sama.
Bagaimana Amorim membela pilihan pemainnya?
Ia menyatakan bahwa persaingan untuk mendapatkan posisi gelandang sangat ketat. Amorim mempercayai para pemain veterannya tetapi bersikeras bahwa pemain muda akan mendapatkan kesempatan pada waktunya.
Amorim tidak secara langsung menanggapi kritik Scholes tetapi sebelumnya telah menekankan bahwa setiap keputusan berasal dari kebutuhan taktis. Fokus pelatih tetap pada hasil, dan ia terus memprioritaskan kemitraan yang telah terbukti antara Casemiro dan Bruno Fernandes. Namun, kurangnya kesempatan bagi talenta seperti Mainoo telah menimbulkan pertanyaan tentang apakah pendekatannya mungkin mengabaikan pertumbuhan jangka panjang. Sikap manajer mencerminkan apa yang oleh beberapa analis disebut mentalitas “kinerja sekarang” dalam sepak bola modern, di mana pengembangan sering kali dikesampingkan demi kesuksesan langsung.

Mungkinkah Mainoo masih bisa menghidupkan kembali perannya di Manchester United?
Ya, tetapi itu tergantung pada kesediaan Amorim untuk melakukan rotasi dan membangun kembali kepercayaan. Gelandang muda ini juga harus membuktikan kesiapannya dalam sesi latihan.
Situasi Mainoo dapat berubah jika cedera atau padatnya jadwal pertandingan memaksa Amorim untuk merombak susunan pemainnya. Ketenangan dan kreativitas gelandang Inggris ini pada akhirnya dapat memberinya kesempatan lagi. Untuk saat ini, ia harus tetap sabar, bekerja keras, dan menunggu momennya. Banyak yang percaya taptap link alternatif indonesia bahkan dapat menyoroti kisahnya sebagai pengingat betapa tak terduganya karier di bawah manajer yang berbeda.
Karena ia menggabungkan kemampuan teknis dengan kematangan taktis yang jarang terlihat pada pemain muda. Ketenangan dan visi umpannya mengingatkan banyak orang pada Scholes sendiri.
Ya, selama waktunya di Sporting Lisbon, Amorim mengembangkan beberapa bintang muda. Namun, mengadaptasi pendekatan tersebut ke lingkungan United terbukti lebih menantang.
Tidak secara langsung. Amorim masih mendapatkan dukungan dari dewan untuk saat ini, tetapi tekanan publik mungkin akan meningkat jika hasil pertandingan menurun dan pemain muda seperti Mainoo terus diabaikan.



